Penerimaan Pasien Baru


BAB 2
KONSEP DASAR TEORI

2.1 Pengertian
Penerimaan pasien baru merupakan suatu tata cara ataupun pedoman dalam menerima pasien baru masuk. Penerimaan pasien baru merupakan suatu prosedur yang dilakukan oleh perawat ketika ada pasien baru datang ke sebuah ruangan rawat inap.

2.2 Tujuan
1. Mengetahui keadaan pasien dan keluarga
2. Pasien bisa langsung menempati ruang perawatan
3. Mengetahui kondisi dan keadaan klien secara umum
4. Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRS

2.3 Prosedur
Persiapan :
1. Tempat tidur dalam keadaan bersih dan siap pakai
2. Fasilitas yang bersedia dalam kondisi baik
3. Meja dan kursi pasien dalam keadaan bersih
4. Paket perawatan / sovenir
5. Lembar orientasi pasien baru dan keluarga
6. Berkas rekam medis
7. Peralatan untuk pemeriksaan dalam yang terdiri dari termometer, tensimeter, timbangan BB bila perlu.



2.4 Tahapan Penerimaan Pasien Baru
2.4.1 Tahap Pra Penerimaan Pasien Baru
1. Menyiapkan kelengkapan administrasi
2. Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan
3. Menyiapkan format penerimaan pasien baru
4. Menyiapkan buku status pasien dan fornmat pengkajian keperawatan
5. Menyiapkan inform consent sentralisasi obat
6. Menyiapkan nursing kids
7. Menyiapkan lembar tata tertib pasien, keluarga dan pengunjung ruangan

2.4.2 Tahap Pelaksanaan Pasien Baru
1. Pasien datang diruangan diterima oleh kepala ruanmgan atau perawat primer atau perawat yang diberi delegasi
2. Perawat memperkenalkan diri pada klien dan keluarganya
3. Perawat bersama dengan karyawan lain memindahkan pasien ke tempat tidur (apabila pasien datang dengan berangkat atau kursi roda) dan berikan posisi yang nyaman
4. Perkenalkan pasien baru dengan pasien yang sekamar
5. Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan perawat memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang orientasi ruangan. Perawatan (termasuk perawat yang bertanggung jawab dan sentralisasi obat), medis (dokter yang bertanggung jawab dan jadwal visit) dan tata tertib ruangan.
6. Perawat menanyakan kembali tentang kejelas dan informasi yang telah  disampaikan
7. Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan format
8. Perawat menunjukkan kamar atau tempat tidur klien dan mengantarkan ke tempat yang telah ditetapkan.
9. Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk menendatangani Inform Consent sentralisasi obat.

2.5 Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan
a. Pelaksanaan secara efektif dan efisien
b. Dilakukan oleh kepala ruangan atau perawat primer dan atau perawat asosiete yang telah diberikan wewenang atau yang telah didelegasikan
c. Saat pelaksanaan tetap menjaga privasi klien.
d. Ajak pasien komunikasi yang baik dan beri sentuhan terapeutik

2.6 Peran Perwat Dalam Penerimaan Pasien Baru
2.6.1 Kepala Ruangan
1. Menerima pasien baru
2. Memeriksa kelengkapan yang diperlukan untuk persiapan pasien baru
2.6.2 Perawat Primer
1. Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru
2. Menandatangani lembar penerimaan pasien baru
3. Mengorientasikan pasien ke ruangan
4. Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang bertanggung jawab
5. Mendelegasikan pengkajian dan pemeriksaan fisik pada pasien baru kepada perawat asociate
6. Mendokumentasikan penerimaan pasien baru
2.6.3 Perawat Associate
Membantu PP dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru, pengkajian dan pemeriksaan fisik pada pasien baru.

Sentralisasi Obat


BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Sentralisasi obat adalah pengelolahan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolahan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam,2002).

2.2 Tujuan Penggelolaan Obat
Tujuan penggelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi.
Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa obat perlu disentralisasikan:
1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien
2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standar yang lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan keamanan yang sama.
3. Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “hanya untuk mencoba”
4. Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yan g diperlukan
5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan yang akan membuang atau lupa untuk minum
6. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang tersisa sesudah batas kadaluarsa
7. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak efektif
8. Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya atau panas
9. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri (Mc. Mahon, 1990).
2.3 Tekhnik Pengelolaan Obat (sentralisasi)
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
1. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk
2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta menggontrol penggunaan obat
3. Penerimaan obat
1) Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada perawat dan obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dengan menerima lembar obat.
2) Perawat menuliskan nama pasien, register jenis obat, jumlah dan sediaan (bila perlu) dalam kartu kontrol, dan diketahui (ditanda tangani) oleh keluarga atau pasien dalam buku masuk obat. Keluar pasien selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan atau bila obat tersebut akan habis, serta penjelasan tentang 5 T (Jenis, dosis, waktu pasien dan cara pemberian).
3) Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus diminum beserta kartu sediaan obat
4) Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam kontak obat.
2.4 Pembagian Obat
1. Obat telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar pemberian obat.
2. Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat dengan terlebih dahulu dicocokan dengan terapi yang diinstruksikan dokter dan kartu obat yang ada pada pasien
3. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping. Usahakan tempat atau wadah obat kembali ke perawat setelah obat dikonsumsi. Pantau efek samping pada pasien.
4. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala ruang atau petugas yang ditunjuk kepada dokter penanggung jawab pasien.
2.5 Penambahan Obat Baru
1. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau perubahan alur pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sediaan obat.
2. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja)
2.6 Obat Khusus
1. Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga, yang cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup, besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu/sewaktu saja.
2. Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu khusus obat dilaksanakan oleh perawat ketua tim
3. Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga, nama obat, kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga setelah pemberian. Usahakan terdapat saksi dari keluarga saat pemberian obat. Seorang manejer keperawatan kesehatan dapat mendidik staf mengenai obat dengan cars-cars berikut ini :
a. Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai, jelaskan penggunaa dan efek samping, kemudian berikan salinan kepada semua staf.
b. Tuliskan dosis yang tepat obat-obat yang sering digunakan dan gantungkan di dinding.
c. Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab pemborosan obat.
d. Beritahu kepada semua staf mengenai satu jenis obat setiap minggu pada waktu pertemuan staf.
e. Taruhkan satu atau program diskusi dan bahaslah mengenai satu jenis obat setiap minggu pads waktu perternuann staf.
f. Tarulah satu atau lebih eksemplar buku farmakologi sederhana diperpustakaan.
2.7 Menyimpan Persediaan Obat
1. Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat dan menulis etiket dan alamat pasien pasien. Penyimpanan stok (pesediaan) yang teratur dengan baik merupakan bagian penting dari manejemen obat. Obat yang diterima dicatat dalam buku besar persediaan atau dalam kartu persediaan.
2. Sistem kartu persediaan.
Sebuah kartu pesediaan (kartu stok) kadang-kadang digunakan untuk menggantikan buku besar persediaan. Kartu ini berfungsi seperti seperti buku besar persediaan, yakni neraca dikeseirnbangkan dengan menambahkan barang yang diterima dan mengurangi dengan jumlah barang ditempatkan pada, halaman yang terpisah, tetapi dalam sistem kartu persediaan, msing-msing barang dituliskan dalam kartu yang terpisah.
3. Lemari obat
Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari obat Berta lemari pendingin. Periksa persediaan obat, pemisahan antara, obat untuk penggunaan oral (untuk diminum) dan obat luar (pedoman,1990). Manajemen rumah sakit perlu dilengkapi dengan manajemen farmasi yang sistematis karena obat sebagai salah satu bahan yang dapat menyembuhkan penyakit tidak dapat diadakan tanpa sistematika perencanaan tertentu. Obat harus ada, dalam persediaan setiap rumah sakit sebagi bahan utama dalam rangka mencapai misi utamanya sebagai health provider. Menejemen farmasi rumah sakit adalah seluruh upaya dan kegiatan yang dilaksanakan di bidang farmasi sebagi salah satu penunjang untuk tercapainya tujuan. Upaya dan kegiatan ini meliputi: penetapan standart obat, perencanaan, pengadaan obat, penyimpanan, pendistribusian/saran/informasi tentang obat, monitoring efek camping obat. Faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam pelayanan kepada pasien meliputi :pelayanan yang cepat, ramah yang baik (yoga, 2003). Obat akan memberi manfaat kepada para pengguna dan juga bermanfaat dalam pengendalian biaya runah sakit. Persediaan obat, baik dari segi jenis maupun volume, harus selalu mencukupi kebutuhan tanpa ada efek samping seperti kadaluarsa dan rusak, tujuan obat adalah penggunaan obat yang tepat untuk pasien yang memerlukan penggobatan. Obat- obatan dikeluarkan dari tempat penyimpanan yang terkunci atau dari lemari penyimpanan, oleh orang bertugas menangani persediaan obat kepada bagian yang menggunakan. Obat digunakan secara teratur dan dalam jumlah yang diketahui: hal ini memungkinkan pemantauan (observasi) dan pengawasan penggunaan obat. Kegiatan yang dilakukan dalam mengawasi pengeluaran obat akan memungkinkan perawat mengetahui kapan melakukan pemesanan ulang, mencocokan pemakaian obat dengan pengobatan pasien, segera sadar akan ketidakcocokan dalam pemberian obat, memeriksa perubahan pemakaian obat.







METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP)


BAB I
PENDAHULUAN

METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP)
DI RUANG .... 2 DAN 3 RSUD ....
OLEH: KELOMPOK A1

1.1  Latar Belakang
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencakup tujuan. Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui anggota staf untuk membebankan asuhan keperawatan secara profesional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya saling menopang.
Adanya tuntutan pengembangan pelayanan kesehatan oleh masyarakat umum, termasuk di dalamnya keperawatan, merupakan salah satu faktor yang harus dicermati dan diperhatikan oleh tenaga perawat, sehingga perawat mampu berkiprah secara nyata dan diterima dalam memberikan sumbangsih bagi kemanusiaan sesuai ilmu dan kiat serta kewenangan yang dimiliki. Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan adalah melakukan manajemen keperawatan dengan harapan adanya faktor kelola yang optimal mampu meningkatkan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.
Ruangan atau bangsal sebagai salah satu unit terkecil pelayanan kesehatan merupakan tempat yang memungkinkan bagi perawat untuk merupakan ilmu dan kiatnya secara optimal. Namun perlu disadari, tanpa adanya tata kelola yang memadai, kemauan, dan kemampuan yang kuat, serta peran aktif dari semua pihak, maka pelayanan keperawatan profesional hanyalah akan menjadi teori semata. Untuk itu, maka perawat perlu mengupayakan kegiatan penyelenggaraan Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) khususnya di Ruang .... RSUD .....
Dasar pertimbangan penerapan model sistem pemberian asuhan keperawatan adalah:
1.   Sesuai visi dan misi rumah sakit.
2.   Ekonomis.
3.   Menambah kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat.
4.   Menambah kepuasan kerja perawat karena dapat melaksanakan perannya dengan baik.
5.   Terpenuhinya kebutuhan dasar klien secara komprehensif.
6.   Terlaksananya proses keperawatan yang sesuai dengan standar praktek keperawatan (SPK).
7.   Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya.
Penerapan MAKP harus mampu memberikan asuhan keperawatan profesional, untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama, yakni:
1.      Ketenagaan keperawatan.
2.      Metode pemberian asuhan keperawatan.
3.      Dokumentasi keperawatan.

1.2   Tujuan
1.2.1  Tujuan Umum
Model Metode Asuahan Keperawatan Profesional (MAKP) dengan Model Keperawatan Tim dapat diterapkan di Ruang .... RSUD .....
1.2.2    Tujuan Khusus
1.      Mengatur kebutuhan tenaga perawat.
2.      Mengatur tugas dan kewenangan perawat dalam pemberian asuhan keperawatan.
3.      Melakukan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
4.      Melakukan sistem pendokumentasian.
5.      Meningkatkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
6.      Meningkatkan komunikasi yang adekuat antar perawat dan tim kesehatan lain.